Radar Brita – Duta Besar Aljazair untuk Indonesia, Abdelouahab Osmane, mengungkapkan bahwa Indonesia dan Aljazair telah sepakat untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi secara konkret. Hal ini disampaikan oleh Osmane dalam sambutannya pada peringatan 70 tahun Revolusi Aljazair yang diselenggarakan di Jakarta, Jumat malam. Menurut Osmane, terdapat prospek yang menjanjikan di sejumlah sektor, seperti pertambangan, pertanian, perusahaan rintisan (start-up), serta pendidikan, yang dapat dijajaki oleh kedua negara untuk meningkatkan kerja sama.
Osmane juga menyoroti keberhasilan kedua negara dalam menjalin hubungan di sektor energi, khususnya dalam kerja sama antara Pertamina, perusahaan energi Indonesia, dan Sonatrach, perusahaan minyak dan gas nasional Aljazair. Sebagai informasi, Pertamina dan Sonatrach telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada tahun 2021 yang membuka peluang lebih lanjut untuk kolaborasi di sektor energi, baik dalam hal eksplorasi, produksi, maupun distribusi energi.
Selain itu, Dubes Osmane mengungkapkan bahwa pada tahun depan, Indonesia dan Aljazair akan melaksanakan sesi kedua Komisi Bersama Indonesia-Aljazair, yang bertujuan untuk memperkuat mekanisme kerja sama bilateral di berbagai sektor. Ini menjadi langkah strategis untuk memperdalam hubungan kedua negara dan memastikan bahwa kolaborasi yang telah ada dapat berkembang lebih lanjut. Osmane juga menekankan pentingnya sesi ini dalam menciptakan landasan yang lebih kokoh bagi kerja sama jangka panjang.
Dalam peringatan tersebut, Osmane juga menyinggung hubungan Aljazair dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang diharapkan dapat semakin erat. Aljazair berusaha untuk memperkuat posisinya di kawasan ini, dan berharap dapat menandatangani Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama ASEAN (TAC) pada tahun depan. Langkah ini menunjukkan keinginan Aljazair untuk lebih terlibat dalam kerjasama regional yang lebih luas di Asia Tenggara, selain memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Januari-September 2024, Indonesia tercatat mengekspor barang non-migas ke Aljazair dengan total nilai mencapai 211,8 juta dolar AS (sekitar Rp3,3 triliun). Namun, nilai ekspor ini mengalami penurunan sekitar 4,52 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023, yang tercatat sebesar 221,8 juta dolar AS (Rp3,5 triliun). Meskipun terjadi penurunan, angka tersebut menunjukkan potensi besar bagi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor ke Aljazair, khususnya di sektor-sektor yang dijanjikan untuk bekerja sama lebih lanjut.
Acara peringatan 70 tahun Revolusi Aljazair ini memiliki makna sejarah yang sangat penting bagi bangsa Aljazair. Revolusi tersebut, yang dimulai pada 1 November 1954, merupakan puncak perjuangan rakyat Aljazair melawan penjajahan Prancis yang telah berlangsung sejak tahun 1850. Perjuangan tersebut tidak hanya mengarah pada kemerdekaan Aljazair, tetapi juga membentuk karakter dan identitas bangsa tersebut dalam menghadapi tantangan internasional.
Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi Indonesia, termasuk Wakil Menteri Koordinator Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, serta Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan RI, Dandy Satria Iswara. Kehadiran mereka dalam acara tersebut menunjukkan komitmen Indonesia untuk terus mempererat hubungan diplomatik dengan Aljazair, seiring dengan meningkatnya peluang untuk berkolaborasi dalam berbagai sektor strategis.
Dengan berbagai langkah positif yang diambil oleh kedua negara, diharapkan hubungan Indonesia-Aljazair dapat berkembang semakin erat dan menghasilkan manfaat yang lebih besar, baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, maupun kerjasama internasional lainnya.
More Stories
Geisz Chalifah Dukung Pramono-Rano Karno di Debat Final Pilgub DKI Jakarta
Prabowo dan António Guterres Bahas Isu Global, Palestina, dan Perubahan Iklim di Rio de Janeiro
Angka PHK di Indonesia Meningkat Signifikan, Jakarta Tertinggi