22 November 2024

Radar Brita

Seputar Warta

Peran Santri dalam Strategi Pemolisian Masyarakat untuk Mencegah Tawuran Warga

Peran Santri dalam Strategi Pemolisian Masyarakat untuk Mencegah Tawuran Warga

https://www.antaranews.com/

Radar Brita – Akademisi Universitas Indonesia, Surya Nita, mengemukakan bahwa strategi pemolisian masyarakat atau community policing dapat menjadi solusi efektif untuk mencegah terjadinya tawuran antarwarga. Menurutnya, salah satu kelompok yang dapat berperan penting dalam strategi ini adalah santri pondok pesantren.

“Pelibatan santri diharapkan sebagai agen perubahan dalam memberikan informasi yang konstruktif kepada masyarakat atau bahkan sebagai teladan dengan akhlak mulia mereka,” kata Nita dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta pada Selasa.

Strategi community policing atau pemolisian berbasis masyarakat ini melibatkan masyarakat dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan mereka sendiri. Santri, yang selama ini telah dibekali dengan pendidikan karakter dan keagamaan, memiliki peran strategis dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan kedamaian dalam masyarakat, yang pada gilirannya dapat mengurangi potensi terjadinya tawuran antarkelompok.

Salah satu contoh penerapan dari strategi ini dapat ditemukan di lingkungan Cilincing, Jakarta Utara, yang melibatkan santri Pondok Pesantren Bina Cipta Insani. Nita menjelaskan bahwa tawuran warga yang kerap terjadi di daerah tersebut menyebabkan gangguan ketertiban dan keamanan masyarakat, bahkan menimbulkan korban jiwa. Keberadaan santri diharapkan mampu meredakan ketegangan antarwarga dan memberikan contoh yang baik dalam membangun hubungan yang lebih harmonis di lingkungan sekitar.

“Di Cilincing, kami melihat banyaknya tawuran yang disebabkan oleh ketegangan antarwarga. Keadaan ini tentu saja sangat meresahkan. Maka, kami mengajak para santri untuk berperan aktif dalam menciptakan ketertiban dan kedamaian di tengah masyarakat,” ujarnya. Dalam hal ini, santri tidak hanya diharapkan untuk menjadi pengingat akan pentingnya menjaga kedamaian, tetapi juga berperan dalam menyampaikan pesan-pesan positif yang dapat mengurangi ketegangan di masyarakat.

Nita juga menguraikan beberapa strategi konkret yang dapat dilakukan oleh santri untuk mencegah tawuran. Salah satunya adalah dengan menguatkan peran masjid sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi bagi warga. Selain itu, penting untuk menciptakan ruang bagi masyarakat untuk beraktivitas secara produktif, seperti program-program kesehatan, olahraga, dan pendidikan. Dengan menyediakan kegiatan yang bermanfaat, diharapkan masyarakat bisa mengalihkan perhatian mereka dari aktivitas negatif seperti tawuran.

Selanjutnya, salah satu langkah yang disarankan adalah mengadakan program seperti “Jumat Curhat”, di mana masyarakat dapat bertemu dengan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) untuk menyampaikan keluhan atau masalah yang ada di lingkungan mereka. Program semacam ini dapat membuka jalur komunikasi yang lebih baik antara aparat keamanan dan masyarakat, sehingga tercipta pemahaman yang lebih baik mengenai isu-isu yang berpotensi memicu konflik.

Tak hanya itu, Nita juga menyarankan untuk meningkatkan pemolisian masyarakat dengan melibatkan Polisi RW. Polisi RW, yang lebih dekat dengan masyarakat, diharapkan bisa menjadi penghubung yang efektif antara kepolisian dan warga dalam menangani masalah-masalah yang muncul di tingkat lokal. Selain itu, meningkatkan produktivitas anak-anak yang putus sekolah melalui pelatihan-pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja atau Dinas Sosial juga merupakan langkah penting dalam mencegah anak-anak muda terjerumus dalam kenakalan remaja yang bisa berujung pada tawuran.

Strategi pemolisian masyarakat ini, lanjut Nita, juga harus melibatkan kerjasama lintas sektoral, seperti dengan pemerintah daerah, akademisi, media, dan sektor swasta melalui program corporate social responsibility (CSR). Kolaborasi ini sangat penting dalam melakukan pencegahan kejahatan dan menjaga ketertiban serta keamanan masyarakat. Semua pihak diharapkan untuk bekerja sama secara sinergis agar tercipta lingkungan yang lebih aman, tertib, dan damai.

“Melalui pentahelix, diharapkan seluruh elemen masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menjaga ketertiban dan menciptakan suasana yang kondusif. Dengan demikian, kita bisa mengurangi potensi tawuran dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan,” tutup Nita.

Dengan pendekatan yang lebih kolaboratif dan melibatkan berbagai elemen masyarakat, diharapkan strategi pemolisian masyarakat ini dapat berhasil mengatasi masalah tawuran dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.