Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah mengungkap fakta menarik terkait sejarah awal Pulau Sumba, yang menunjukkan bahwa pulau ini telah dihuni oleh manusia setidaknya sejak 2.800 tahun yang lalu. Penelitian ini dipimpin oleh Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Berkelanjutan (PR ALMBB) BRIN, yang menggali kekayaan peninggalan prasejarah Austronesia serta budaya berkelanjutan yang masih terpelihara di Sumba.
Situs-Situs Penting di Pulau Sumba
PR ALMBB BRIN, yang dipimpin oleh Retno Handini, memfokuskan penelitiannya pada tiga dari empat situs utama di Pulau Sumba: Situs Lambanapu, Mborombaku, dan Melolo. Setiap situs ini memiliki nilai historis yang signifikan dalam memahami perkembangan awal peradaban di pulau tersebut.
- Situs Melolo: Merupakan situs dengan pertanggalan tertua, yakni sekitar 2.800 tahun yang lalu. Pada ekskavasi terbaru, ditemukan 26 kerangka individu yang berusia ratusan ribu tahun serta benda-benda kuno seperti kendi yang diukir.
- Situs Lambanapu: Situs ini terkenal karena temuan kuburan leluhur suku Sumba, dengan 52 makam leluhur dan 58 kuburan tanpa wadah makamnya. Di sini ditemukan juga berbagai artefak berharga seperti cincin, mutiara, dan kendi dari tanah liat yang dihiasi dengan ukiran.
- Situs Mborombaku: Lokasinya dekat Sungai Kadahang, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur. Situs ini diyakini sebagai tempat pendaratan leluhur Sumba pertama kali. Penemuan menarik di situs ini termasuk keramik seladon fujian dari Dinasti Yuan pada abad ke-13.
Kekayaan Budaya yang Masih Bertahan
Selain peninggalan arkeologis yang berharga, Pulau Sumba juga dikenal dengan keberlanjutan budaya tradisionalnya. Beberapa tradisi yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Sumba hingga kini antara lain adalah kubur batu (reti), sirih pinang, katoda, rumah adat, ritual tengi watu (tarik batu), ritual hamayang, dan ritual kematian. Semua ini diperkuat oleh kepercayaan mereka pada Marapu, yang menghormati leluhur dan mewarisi ajaran nenek moyang mereka.
Signifikansi Prasejarah Austronesia
Kepala Pusat Riset ALMBB BRIN, Marlon Ririmase, menekankan bahwa prasejarah Austronesia memainkan peran penting dalam riset arkeologi. Ini tidak hanya membantu dalam memahami asal-usul masyarakat dan budaya Nusantara, tetapi juga menggambarkan kompleksitas dan keragaman budaya di wilayah ini.
Tantangan dan Prospek ke Depan
Meskipun telah mengungkap sejumlah temuan yang berharga, masih banyak aspek dari sejarah dan budaya Sumba yang perlu diteliti lebih lanjut. Marlon menyatakan bahwa hubungan antara migrasi penutur Bahasa Austronesia dengan pengetahuan maritim dan teknologi bahari tradisional adalah salah satu aspek yang perlu diperdalam dalam riset-riset ke depan.
Peninggalan Megalitik Sebagai Simbol Budaya
Salah satu penanda ikonik sejarah budaya masyarakat Sumba adalah tradisi megalitik, yang masih lestari hingga saat ini. Peninggalan ini bukan hanya sebagai ekspresi budaya material monumental, tetapi juga sebagai warisan berharga yang harus dilestarikan dan dipelajari lebih lanjut untuk generasi mendatang.
Dengan demikian, penemuan dan penelitian yang dilakukan oleh BRIN di Pulau Sumba tidak hanya mengungkapkan jejak sejarah yang kaya, tetapi juga memperkuat pemahaman kita akan keberagaman budaya dan peradaban prasejarah di Indonesia. Langkah ini juga penting untuk mendukung pelestarian warisan budaya dan mempromosikan kebanggaan akan identitas budaya lokal di tengah tantangan globalisasi modern.
More Stories
Geisz Chalifah Dukung Pramono-Rano Karno di Debat Final Pilgub DKI Jakarta
Prabowo dan António Guterres Bahas Isu Global, Palestina, dan Perubahan Iklim di Rio de Janeiro
Angka PHK di Indonesia Meningkat Signifikan, Jakarta Tertinggi